Penyakit
diabetes adalah salah satu jenis penyakit kronis yang disebabkan oleh
meningkatnya kadar gula dalam darah.
Umumnya,
diabetes terdiri dari dua tipe, yakni diabetes tipe 1 (autoimun), di mana
sistem imun tubuh akan menyerang dirinya sendiri, sehingga tubuh tidak bisa
memproduksi insulin.
Kemudian
yang kedua adalah diabetes tipe 2, yakni kondisi di mana tubuh masih bisa memproduksi
insulin, namun dalam jumlah sedikit. Hal inilah yang membuat tubuh butuh asupan
insulin dari luar.
Sebagai
informasi, insulin dalah zat yang dibutuhkan untuk mengontrol kadar gula dalam
darah agar bisa tetap normal, sehingga dapat secara optimal mengubah
karbohidrat menjadi energi dalam tubuh. Inilah yang membuat kita punya tenaga
untuk melakukan berbagai aktivitas.
Dari
kondisi tersebut, bisa dibayangkan bagaimana keadaan orang dengan penyakit
diabetes. Ya, mereka akan mudah lelah, tidak bisa bekerja berat, dan akan selalu
merasakan haus.
Tak
hanya itu, berkurangnya kadar darah dalam tubuh pendeita diabetes akan membuat jaringan
kulit rusak dan sulit untuk membentuk jaringan baru.
Diabetes
di Indonesia
Berdaasarkan
riset yang dilakukan oleh International Diabetes Federation (IDF), Indonesia adalah
negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak kelima di dunia.
Dari
data itu, disebutkan bahwa sebanyak 19,5 juta orang dengan usia 20-79 tahun
mengalami diabetes. Artinya, penyakit ini tidak hanya menyerang orang dewasa
saja, tetapi juga bisa dialami mereka yang masih berusia muda, bahkan bukan
tidak mungkin anak-anak.
Penyebab
Diabetes
Diabetes
bukanlah penyakit menular, namun penyebarannya di Indonesia bisa semengerikan
itu, hingga menempatkan Indonesia di posisi 5 skala dunia. Bagaimana hal ini
bisa terjadi?
Penyebab
yang paling utama dari penyakit diabetes adalah konsumsi gula secara
berlebihan. Selain itu, gaya hidup tidak sehat, kurang olah raga, hingga tidak
mampu mengelola stress dengan baik adalah pemicu yang bisa membuat seseorang
berpotensi besar mengalami penyalit ini.
Jadi,
satu-satunya jalan agar terhindar dari penyakit, yang bagi sebagian orang
dianggap “jijik” lantaran penderita biasanya akan mengalami luka, hingga harus
diamputasi ini adalah tentunya dengan menjalankan pola hidup sehat serta mengontrol
asupan gula yang dikonsumsi per harinya.
Sayangnya,
hal ini tak semudah mengatakannya. Terlebih kini banyak beredar makanan manis
yang menggiurkan. Selain itu, bagi golongan masyarakat menengah ke bawah,
mereka tentunya tidak begitu memahami bagaimana mengatur konsumsi gula harian
sesuai yang dianjurkan.
Ahmad
Hasyim Wibisono Hadir Beri Harapan bagi Penderita Luka Diabetes
Fenomena
luka diabetes yang susah sembuh dan lukanya yang bagi sebagian besar orang terlihat
“jijik” telah menggugah hati seorang perawat dari kota Malang untuk ikut
membantu sembuhkan penderita diabetes.
Ia
sangat prihatin karena kebanyakan pasien diabetes harus berakhir di meja
operasi untuk mengamputasi bagian tubuh yang luka akibat diabetes.
Padahal
jika dirawat secara benar dan telaten, para penderita itu masih punya harapan
sembuh dan tidak harus kehilangan anggota tubuh karena amputasi.
Adalah
Ahmad Hasyim Wibisono, adalah seorang dosen di Universitas Brawijaya lulusan
Keperawatan Unibraw yang lanjut studi S2 keperawatan di Universitas Indonesia.
Untuk
membantu pasien diabetes, terutama yang tidak mampu secara ekonomi, Pak Hasyim mendirikan
klinik Pedis Care di Kota Malang, Jawa Timur.
Klinik
Pedis Care ini tak hanya menangani pasien diabetes, tetapi juga perawatan luka kronis
lainnya, seperti luka kanker dan stoma.
Perjuangan
pak Hasyim mendirikan klinik Pedis care terbilang tidak mudah. Pada awal
pembentukannya, ia hanya dibantu oleh istri dan satu orang staf saja. Selama 3
bulan, belum ada pasien yang berobat ke kliniknya.
Saat
itulah pak Hasyim mulai merekomendasikan kliniknya ke dokter-dokter di rumah
sakit, hingga pasien pun mulai berdatangan ke klinik Pedis care atas
rekomendasi dokter.
Dalam
pelayananya, pak Hasyim menerapkan yang ramah dengan tindakan perawatan
professional oleh para ahli.
Berkat
ketekunan dan perjuanganya bersama tim Klinik Pedis Care, banyak pasien
diabetes atau pun yang mengalami luka kronis lain perlahan sembuh.
Uniknya,
Pedis Care ini menggunakan android untuk mengkaji luka pasien. Dari aplikasi inilah,
tim Pedis Cae bisa mengukur dimensi luka pasien lebih akurat, sehingga
penanganannya pun bisa lebih tepat.
Selain
pengobatan di klinik, Pedis care juga menyediakan fasilitas care giver, yakni
pelayanan kesehatan dengan datang langsung ke rumah pasien.
Biaya
Pengobatan di Pedis Care
Penyakit
diabetes biasanya butuh biaya pengobatan yang tidak sedikit. Namun, di Pedis
Care, bagi pasien yang tidak mampu secara ekonomi bisa berobat gratis hingga
sembuh.
Meskipun
gratis, pelayanan dan pengobatannya tetap diperlakukan sama seperti pasien
lainnya.
Mengapa
tidak pakai BPJS?
BPJS
memang bisa membantu masyarakat dalam meng-cover biaya pengobatan berbagai
macam penyakit. Sayangnya, tidak semua jenis penyakit ditanggung oleh BPJS.
Jikapun
ditanggung, namun tidak secara menyeluruh. Artinya, peserta BPJS masih harus
mengeluarkan biaya tertentu.
Selain
itu, faktanya banyak masyarakat miskin tidak memiliki BPJS. Bahkan untuk Kartu
Indonesia Sehat, yang diperuntukkan bagi warga miskin pun mereka banyak yang
tidak memilikinya.
Raih
Apresiasi Satu Indonesia Awards dari Astra
Perjuangan
pak Hasyim bersama Pedis Care ini mendapat respons positif dari banyak pihak,
hingga banyak pasien yang berdatangan ke klinknya. Alhasil, Pedis Care pun
makin dikenal luas.
Perjuangan
dan dedikasi pak Hasyim ini pun akhirnya dilirik oleh Astra dan mengantarkan pak
Hasyim sebagai penerima penghargaan Satu Indoensia Award pada tahun 2019 untuk
kategori Kesehatan.
Berkat
bantuan dana yang didapatnya dari Astra, Pedis Care kini mampu sudah punya
bangunan klinik milik sendiri, yakni berada di jalan Banten no 6 Klojen,
Malang.
Referensi:
https://www.halodoc.com/kesehatan/diabetes
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2227/9-cara-mencegah-diabetes-yang-bisa-dilakukan-mulai-hari-ini
https://dataindonesia.id/kesehatan/detail/penderita-diabetes-indonesia-terbesar-kelima-di-dunia
https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/si-perawat-luka-penghilang-duka/